Jumat, 01 Maret 2013

"aku bukan generasi baru yang cinta matematika, maka aku pesimis bahwa aku yang paling pandai"

kalimat tersebut menjadi kuat ketika melihat banyak pelajar sekarang mengaku benci matematika tetapi justru di berbagai liga matematika, olimpiade, maupun cerdas cermat matematika banyak sekali dibanjiri peserta. saya kira ada gap antara "matematika menjadi momok" dengan kenyataan banyaknya penghargaan yang diraih para pelajar Indonesia dalam bidang matematika. kalau menjadi ketakutan, maka mengapa banyak pelajar yang pandai?mengapa banyak calon mahasiswa yang ingin mengambil jurusan matematika?
apakah karena ingin menantang matematika yang di cap sebagai batu keras lalu menjadikannya sebagai molusca?

lalu siapa sebenarnya matematika?
kemungkinan jawabannya :
a. matematika adalah makhluk asing yang harus dikenali
b. matematika adalah makhluk menakutkan yang harus dihindari
c. matematika adalah makhluk jinak tetapi sulit didekati

kalau anda yakin bahwa matematika termasuk kedalam ketiga jawaban tersebut, maka perlu dikritisi mengapa para filsuf banyak mendalami matematika untuk mengarungi filsafat?bahkan menurut mereka, matematika adalah setengah dari kehidupan manusia.

ini hanya renungan bagi kita, betapa banyak kesenjangan antara "makhluk" matematika dengan kenyataan manfaatnya dalam kehidupan. saya yakin matematika diwajibkan dipelajari karena ia memiliki "speciality" dalam jabatan kehidupan. tak jarang kita dengar bahwa matematika adalah "queen of science". matematika menjadi modal dalam ranah industri, perkantoran, bisnis, bahkan dalam setiap detik kehidupan kita.

persoalannya, kita tidak pernah sadar bahwa matematika itu memang terpakai. cobalah kita mulai melihat sesuatu itu dengan pandangan positif terhadapnya, tak terkecuali matematika. telusurilah apa manfaat matematika tersebut, dengan demikian kita akan cinta dengannya.